TABLIGH.ID, MAKASSAR, 19 Oktober 2025 — KH Fathurrahman Kamal, Lc., M.S.I., memberikan penjelasan mendalam tentang pentingnya konsep ihsan dan itqon dalam perjuangan dan kehidupan umat Islam. Hal tersebut disampaikan dalam sesi tanya jawab Sekolah Tabligh materi ke-12 bertajuk “Strategi Dakwah Muhammadiyah: Implementasi Risalah Islam Berkemajuan di Ranah Tabligh”, yang diselenggarakan oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Selatan secara daring melalui Zoom Meeting.
Kegiatan ini dihadiri oleh para kader, mubaligh, dan aktivis tabligh dari berbagai daerah di Indonesia. Dalam kesempatan tersebut, KH Fathurrahman Kamal menegaskan bahwa ihsan merupakan puncak dari kesempurnaan iman dan amal, sekaligus menjadi prinsip yang menyempurnakan hubungan seorang Muslim dengan Allah SWT.
“Ketika kita menyebut ihsan, itu sudah mencakup Islam dan iman. Karena ihsan adalah puncak dari kesempurnaan iman dan amal. Mengapa kita mengambil ihsan sebagai prinsip? Karena dengan ihsan, kita menuntaskan urusan Islam dan iman kita,” ujarnya.
Lebih lanjut, Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini menjelaskan bahwa dalam konteks memakmurkan bumi dan menjalankan peran sosial, prinsip itqon menjadi penting. Itqon berarti bekerja dengan sungguh-sungguh, profesional, dan penuh tanggung jawab.
“Seseorang bisa saja profesional dalam pekerjaannya, tetapi jika tidak disertai niat karena Allah, maka itu belum termasuk itqon dalam ihsan,” tegasnya.
KH Fathurrahman kemudian menegaskan bahwa dalam Muhammadiyah, ihsan diwujudkan dalam niat kepada Allah, sedangkan interaksi sosial harus dilandasi semangat rahmah (kasih sayang). Ia mengutip firman Allah SWT dalam surah Al-Anbiya’ ayat 107:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya’: 107)
“Rasulullah SAW adalah teladan dalam hal ini. Beliau penuh kasih sayang bahkan kepada para pendosa,” ungkapnya. Ia juga mengutip pandangan seorang orientalis asal Spanyol, Jacqueline, yang menyebut bahwa tidak ada narasi yang menggambarkan sifat Nabi Muhammad seindah apa yang Allah firmankan dalam Al-Qur’an.
Menurut KH Fathurrahman, rahmat Islam bukan hanya untuk kaum mukminin, tetapi untuk seluruh manusia, bahkan bagi mereka yang tidak beriman sekalipun.

