TABLIGH.ID, BATU – Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, KH. Fathurrahman Kamal, Lc., M.S.I., dalam pidato pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) II Majelis Tabligh Muhammadiyah di Kusuma Agrowisata Resort & Convention Hotel, Batu (24/10), menyampaikan keyakinannya bahwa Muhammadiyah memiliki karamah dan keterjagaan ilahiah dari Allah Swt.
“Saya sangat yakin Muhammadiyah kita ini memiliki karamah dan keterjagaan dari Allah. Muhammadiyah termasuk dalam hadis Rasulullah: ‘Innallāha lā yajma‘u ummatī ‘alā ḍalālah’ — Allah tidak mungkin mempersatukan umatku di atas kesesatan,” ujar KH. Fathurrahman.
Beliau menegaskan bahwa Muhammadiyah memiliki proteksi ilahi, sebagaimana Allah menjaga agama Islam, Nabi Muhammad saw., dan Al-Qur’an. “Selama Muhammadiyah menjaga apa yang menjadi instrumen Allah yang juga dijamin dijaga, insya-Allah Allah akan menjaga Muhammadiyah,” tuturnya.
Lebih lanjut, KH. Fathurrahman menjelaskan bahwa karamah Muhammadiyah bukan dalam arti artifisial, melainkan karamah hakiki sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Arabi dalam Al-Futūḥāt al-Makkiyyah, yakni ketika seseorang menegakkan agama Allah secara berjamaah dengan akal yang cerdas dan hati yang bening.
“Jadi, jangan pernah main-main dengan Muhammadiyah. Sekali lagi, jangan pernah bermain-main dengan Muhammadiyah, khususnya dengan Majelis Tabligh kita ini,” tegasnya yang disambut tepuk tangan para peserta Rakernas.
Dalam pidatonya, KH. Fathurrahman juga menyinggung ijtihad jamā‘ī Muhammadiyah sejak Muktamar Malang 2005 yang menyoroti dua problem besar kemanusiaan global: sekularisasi dan dehumanisasi. Dua hal ini, menurutnya, diperkuat lagi dalam Muktamar Satu Abad Muhammadiyah 2010 di Yogyakarta, yang menegaskan bahwa manusia modern mengalami krisis spiritualitas dan disorientasi makna hidup.
Fenomena ini kini tampak nyata dalam bentuk disrupsi moral dan sosial, termasuk hegemoni peradaban sekuler, rasionalisme berlebihan, materialisme, dan munculnya new atheism—paham yang mengaku spiritual tanpa agama.
“Hari ini anak-anak kita banyak terpapar saintisme. Kebenaran hanya diukur dari apa yang empiris. Bahkan muncul ateisme baru yang mengatakan cukup menjadi spiritualis tanpa agama. Ini problem serius,” ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, KH. Fathurrahman menegaskan bahwa Risalah Islam Berkemajuan yang diputuskan dalam Muktamar ke-48 Muhammadiyah di Surakarta menjadi dokumen strategis untuk menghadapi tantangan zaman.
Menurutnya, Risalah Islam Berkemajuan harus menjadi worldview dan manifesto perjuangan Muhammadiyah, khususnya di bidang dakwah.
“Risalah Islam Berkemajuan harus menjadi paradigma kita, bukan hanya dalam berdakwah tetapi juga dalam menghadapi realitas kehidupan. Dalam berjuang, niat itu wajib—harus diucapkan, dicatat, ditulis, disistemkan, dan diperjuangkan,” katanya disertai humor khas yang mencairkan suasana.
Pidato beliau diakhiri dengan ajakan agar para kader Majelis Tabligh menanamkan keyakinan perjuangan seperti ungkapan Nabi Musa as. saat dikejar Fir‘aun: “Kallā, innā ma‘iya rabbī sayahdīn” — Sekali-kali tidak! Sesungguhnya Tuhanku bersamaku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku.
“Kalimat ‘innā ma‘iya rabbī sayahdīn’ harus menjadi napas kehidupan perjuangan kita. Inilah semangat Risalah Islam Berkemajuan yang harus kita hidupkan dalam dakwah dan amal nyata,” tambahnya,
Maka, ketika membicarakan kemajuan, menurut KH. Fathurrahman, Muhammadiyah tidak seperti sekularisme yang anti-ketuhanan. Selain itu, eliau juga mengingatkan bahwasanya dalam Risalah Islam Berkemajuan, Kata Muhammadiyah, jika peradaban dibangun atas dasar duniawi pasti akan rapuh dan mendatangkan malapetaka.
“Peradaban yang dibangun atas landasan serba duniawi akan rapuh dan bahkan mendatangkan malapetaka.”, Jelasnya,
Oleh karena itu, menurutnya nilai-nilai agama harus dijadikan sebagai landasan dan roh dari peradaban agar mengantarkan manusia kepada kesejahteraan lahir dan batin, keselamatan dunia dan akhirat.
Dalam kalam penutupnya, KH. Fathurrahman kembali menegaskan bahwasanya Muhammadiyah memang menerima kemodernan, tetapi mereformasinya agar sejalan dengan prinsip Islam.
“Kemajuan dalam pandangan Islam adalah kebaikan yang melahirkan keunggulan hidup zahiriah dan rohaniah. Islam merupakan agama yang berkemajuan (dīn al-ḥaḍārah), yang kehadirannya membawa rahmat bagi semesta. Ini pandangan Islam,” tutupnya.

