TABLIGH.ID, Trenggalek, Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, KH. Fathurrahman Kamal, Lc., M.S.I., menyerukan pentingnya menjaga keseimbangan alam dan memelihara relasi kemanusiaan yang harmonis dalam pengajian Ahad Pagi Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Trenggalek yang digelar di Pantai Taman Kili-Kili, Kecamatan Panggul, Selasa (2/11).
Dalam tausiyahnya , KH. Fathurrahman menegaskan bahwa agama bukan semata soal ritual, melainkan hadir untuk mewujudkan maslahat (kebaikan/kemaslahatan) dan menjauhkan mudarat (kerusakan) dalam kehidupan bermasyarakat. Dua tema itulah yang menjadi benang merah pesan yang disampaikan di hadapan 3500 jamaah yang hadir.
“Islam datang hanya untuk dua hal: mewujudkan maslahat dan menghilangkan mudarat. Siapa pun yang tidak memahami dua hal ini, sejatinya belum memahami hakikat agama,” ujar KH. Fathurrahman.
KH. Fathurrahman mengingatkan bahwa alam merupakan salah satu bentuk ayat (tanda) Allah yang harus dihormati dan dijaga. Ia memaparkan contoh perubahan iklim dan banjir di beberapa negara, serta gangguan pola tanam yang dialami petani, sebagai bukti runtuhnya keseimbangan ekologis akibat eksploitasi dan kelalaian manusia.
“Dulu petani bisa meramal musim tanam. Kini kacau karena kita tidak menjaga keseimbangan alam. Merusak alam sama halnya mengingkari ayat Allah,” katanya, seraya mengapresiasi inisiatif konservasi lingkungan yang dilakukan komunitas muda dan organisasi otonom Muhammadiyah di daerah.
KH. Fathurrahman secara khusus mendorong praktik sederhana yang dapat dilakukan jamaah: membersihkan sampah usai kegiatan, menaruh plastik di kantong masing-masing, serta berpartisipasi dalam upaya pelestarian pantai dan penyu. Ia menegaskan, tindakan kecil itu merupakan bagian dari dakwah nyata yang turut menjaga kelestarian ciptaan.
Selain isu lingkungan, ceramah juga menyorot pentingnya merawat hubungan antar-manusia. Menurut KH. Fathurrahman, Islam memerintahkan umatnya berlaku adil, menghormati kemanusiaan siapa pun, dan tidak menzalimi warga yang berbeda keyakinan.
Ia mengutip sikap Rasulullah SAW yang menghormati jenazah seorang Yahudi sebagai teladan menghargai kemanusiaan: “Bukankah dia juga memiliki jiwa?”—sebuah pengingat bahwa penghormatan terhadap kehidupan adalah prinsip universal dalam Islam.
“Keadilan sosial dan penghormatan terhadap sesama—termasuk mereka yang berbeda iman—adalah bagian dari menjaga ekosistem sosial yang sehat,” kata KH. Fathurrahman.
Dalam ceramahnya, KH. Fathurrahman menyebut Indonesia sebagai negara dengan posisi strategis di garis khatulistiwa yang berpotensi menjadi sumber energi hijau masa depan. Namun potensi itu hanya dapat dinikmati jika bangsa ini mampu menjaga hutan, sumber air, dan ekosistem lautnya.
“Indonesia primadona dunia untuk energi hijau. Akan tetapi kita tidak boleh merusak kebun, mencemari sungai, atau menghancurkan hutan. Rawat alam kita, maka Indonesia akan menjadi harapan dunia,” ujarnya.
Menutup pengajian, KH. Fathurrahman mengingatkan metode dakwah yang seharusnya ditempuh: kebijaksanaan (hikmah), nasihat yang baik (maw‘izhah hasanah), serta kelembutan dan kasih sayang. Ia menolak paksaan dalam beragama dan menegaskan bahwa perubahan ke arah kebaikan lebih efektif bila diiringi pendidikan dan teladan.
“Dakwah hari ini harus dengan cinta, rahmat, dan kelembutan — bukan dengan marah dan penghakiman,” tandasnya.
KH. Fathurrahman mengakhiri pengajian dengan ajakan praktis kepada jamaah: menjaga kebersihan lingkungan acara, menanam pohon, ikut serta dalam gerakan konservasi lokal, serta terus memupuk sikap adil dan ramah kepada seluruh lapisan masyarakat.
