web stats
Home » Dahsyatnya Hati dan Pintu-Pintu Masuk Setan ke Dalam Hati Manusia

Dahsyatnya Hati dan Pintu-Pintu Masuk Setan ke Dalam Hati Manusia

by Redaksi
0 comment


Oleh: Fajar Rachmadani, Lc., M. Hum., Ph. D

Imam Ibnu Qudamah dalam salah satu kitabnya menjelaskan:
“Ketahuilah, sesungguhnya bagian yang paling mulia dari diri manusia adalah hatinya. Dari ujung kepala hingga ujung kaki, seluruh anggota tubuh manusia memiliki kemuliaan. Namun yang paling mulia di antara semuanya adalah hati.”

Allah Swt. berfirman:
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ
“Sungguh Kami telah memuliakan anak cucu Adam.” (QS Al-Isra’: 70)

Namun kemuliaan manusia tidak terletak pada fisiknya, melainkan pada hatinya.

Rasulullah Saw. bersabda:
إِنَّ اللهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى أَجْسَادِكُمْ وَلَا إِلَى أَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada fisik dan harta kalian, tetapi Allah melihat kepada hati dan amal perbuatan kalian.” (HR. Muslim)

Maka yang paling berharga dari diri manusia adalah hatinya, sebab dengan hatilah seseorang mengenal Rabb-nya.

Kalaupun seseorang memiliki kecerdasan tinggi, gelar akademik panjang, dan pengetahuan luas, namun hatinya sakit dan rusak, ia tidak akan mampu mengenal Tuhannya. Sebaliknya, dengan hati yang bersih dan suci, seseorang akan mengenal Allah.

Ada yang semakin cerdas justru semakin sekular dan jauh dari Tuhannya; itu pertanda ada masalah di dalam hatinya. Karena itu, hati adalah pusat kemuliaan manusia—dengan hati yang hidup dan bersih, seseorang akan tertuntun menuju Allah Swt.

Ketika seseorang diberi kemudahan oleh Allah untuk menghadiri majelis ilmu atau datang ke masjid, itu tanda bahwa Allah sedang membersihkan hatinya. Sebab ada orang yang fisiknya sehat, tapi berat melangkah menuju majelis ilmu; sementara ada pula yang fisiknya lemah, namun hatinya bersih sehingga ringan memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya.

Hati inilah yang membuat seseorang diberi kasyf oleh Allah—yakni kemampuan memahami hakikat kehidupan. Imam Ibnu Qudamah mengibaratkan hati sebagai seorang raja (malik), sementara seluruh anggota tubuh adalah tentaranya. Tubuh hanya bergerak sesuai perintah hati, baik menuju ketaatan maupun kemaksiatan.

Barang siapa mengenal hatinya, maka sungguh ia telah mengenal Tuhannya; dan sebaliknya, siapa yang tidak mengenal hatinya, ia akan jauh dari Allah.

Sayangnya, banyak manusia yang jahil—tidak mengenal kondisi hati dan jiwanya. Padahal Allah-lah yang membolak-balikkan hati. Jika Allah berkehendak, Dia dapat menutup hati seseorang sehingga ia tidak mengenal hakikat Rabb-nya.

Maka mengenal kondisi hati adalah pokok dari agama ini; dan itu pula yang dilakukan oleh orang-orang yang sedang meniti jalan menuju Allah Swt.


Dua Potensi dalam Diri Manusia

Setelah menjelaskan kemuliaan hati, Imam Ibnu Qudamah menerangkan bagaimana iblis dan setan berusaha menembus pertahanan hati manusia.

Ketahuilah, ketika Allah menciptakan manusia, Dia menganugerahkan hati yang secara fitrah memiliki dua potensi. Allah berfirman:

فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketakwaannya.” (QS Asy-Syams: 8)

Inilah keistimewaan manusia dibanding makhluk lain. Malaikat hanya memiliki potensi kebaikan dan tidak pernah bermaksiat, sementara iblis dan bala tentaranya hanya memiliki potensi keburukan. Adapun manusia memiliki keduanya—potensi fujur dan potensi takwa.

Karena itu, sungguh beruntunglah orang yang mensucikan jiwanya, membersihkan hatinya, dan berusaha agar potensi kebaikannya lebih dominan. Ia termasuk orang yang muflih (beruntung). Sebaliknya, siapa yang membiarkan hatinya dikuasai hawa nafsu dan keburukan, maka ia termasuk orang yang merugi.


Dua Qarin: Penggerak Kebaikan dan Keburukan

Setiap manusia memiliki dua pendamping (qarīn): satu dari malaikat, dan satu lagi dari golongan setan. Qarin dari malaikat selalu mengajak kepada kebaikan, sedangkan qarin dari setan mendorong kepada keburukan.

Jika hati seseorang condong kepada bisikan qarin malaikat, maka ia akan berbuat baik. Sebaliknya, jika hatinya cenderung pada bisikan setan, maka ia akan mudah tergelincir dalam dosa.


Pintu-Pintu Masuk Setan ke Dalam Hati

  1. Hasad (Iri dan Dengki)
    Pintu terbesar bagi setan adalah hasad. Iri muncul karena ketamakan—ketika seseorang terlalu tamak dan serakah terhadap dunia, hatinya menjadi buta. Ketamakan menutupi mata hati, sehingga setan mudah masuk dan menguasainya.
  2. Amarah
    Di antara pintu setan yang paling berbahaya adalah kemarahan. Saat marah, akal menjadi lemah, kesadaran hilang, dan setan menyerang sepuasnya. Orang yang dikuasai amarah bagaikan anak kecil yang kehilangan kendali. Rasulullah Saw. memberi teladan menakjubkan tentang pengendalian diri.
    Imam Ibnu Atsir meriwayatkan dalam Usd al-Ghābah fī Ma‘rifat ash-Shahābah kisah Zaid bin Su‘nah, seorang ulama Yahudi yang ingin menguji kenabian Rasulullah. Ia tahu seluruh tanda kenabian Nabi Muhammad Saw. kecuali satu—yakni bahwa semakin seseorang memancing amarah beliau, semakin besar pula kasih sayang beliau. Suatu hari Zaid mendatangi Nabi di tengah majelis dan menarik surban beliau hingga hampir mencekik lehernya, seraya menagih utang. Umar bin Khattab yang menyaksikan perbuatan itu marah besar dan hendak menebas Zaid. Namun Nabi menahannya seraya berkata, “Wahai Umar, aku dan dia sama-sama butuh sesuatu. Engkau seharusnya memintaku untuk segera membayar dan memintanya agar menagih dengan cara yang baik.”
    Melihat akhlak Rasulullah yang agung itu, Zaid bin Su‘nah langsung bersyahadat dan menjadi sahabat yang setia.
  3. Kecintaan Berlebihan terhadap Dunia
    Setan juga masuk melalui kecintaan yang berlebihan terhadap dunia, rumah, pakaian, atau perabotan. Cinta dunia yang berlebihan membuat hati keras dan lalai dari Allah.
  4. Kenyang Berlebihan
    Kondisi perut yang terlalu kenyang memperkuat syahwat dan melemahkan semangat beribadah. Karena itu, para ulama selalu mengingatkan pentingnya menjaga keseimbangan dalam makan dan tidur.
  5. Ketamakan terhadap Manusia
    Pintu setan lainnya adalah ketamakan terhadap manusia—rasa haus akan pujian, ketenaran, dan penghargaan. Dalam istilah para ulama disebut ath-thama‘ fin-nās, yaitu keinginan mendapatkan sesuatu dengan cara menjilat atau mencari ridha manusia, bukan ridha Allah. Ketamakan ini dapat merusak keikhlasan dan menutup pintu taufik.

Penutup

Hati adalah pusat kendali kehidupan manusia. Jika hati bersih, seluruh tubuh akan baik; jika hati rusak, seluruh perilaku akan rusak. Rasulullah Saw. bersabda:
أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً، إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
“Ketahuilah, dalam tubuh manusia ada segumpal daging. Jika ia baik, baiklah seluruh tubuhnya; jika ia rusak, rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah, itulah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Semoga Allah membersihkan hati kita dari hasad, tamak, amarah, dan segala pintu masuk setan, serta menjadikannya cermin yang bening untuk mengenal-Nya dengan sebenar-benar pengenalan.

“Pengajian Malam Selasa | Ust. Fajar Rachmadhani, Lc. M.Hum., Ph.D.,” YouTube video, 1:16:31, diposting oleh “Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah,” 07 Oktober 2025, https://www.youtube.com/watch?v=hDMW-YKXIaU&t=4195s.

You may also like

Leave a Comment

MAJELIS TABLIGH

PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH

MAJELIS TABLIGH OFFICIALS

Newsletter

Subscribe my Newsletter for new blog posts, tips & new photos. Let's stay updated!

@2024 – Designed and Developed by Asykuri ibn Chamim

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?
-
00:00
00:00
Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00